A. Model Stimulus – Sampling Estes
Karena beberapa model stastik yang muncul pada awal 1950-an memiliki banyak kesamaan, kita hanya akan membahas salah satunya yang dikembangkan William K. Estes (1. 1919). Estes mengawali karirnya sebagai seorang teoretisi pembelajaran statistik di Universitas Indiana, menekuninya selama beberapa tahun di Stanford dan Univ. Rockkefeller, kemudian di Harvard. Sistem awalnya dan sejumlah penjelasannya disampaikan dalam Estes (1959)
William K. Estes belajar bersama Skiner ketika Skiner berada di Universitas Minnesota, dan di sana pula ia menerima gelar Ph. D-nya di bidang psikologi pada tahun 1943. Karya bersama Estes dengan Skinner mengenai efek hukuman menghasilkan kontribusi penting bagi pemikir Skinner dalam topik tersebut. Bagaimanapun juga \, minatnya untuk membangun model – model pembelajaran matematis telah memisahkan arah yang ditempuhnya dari bisa antiteoretis Skinner. Selain aitu, asumsi – asumsi dalam teori Estes nampak lebih memperlihatkan pengaruh Gurhrie, yang tidak pernah menjadi rekan studinya, alih – alih pengaruh Skinner.
Sistem Estes bisa dikatakan merupakan sebuah model pembelajaran karena setidaknya pada awalnya, sistem tersebut tidak diusahakan untuk menjadi teori yang komplet dan menyeluruh. Dalam segi ini teori Estes lebih sederhana dibandingkan sistem Guthrie, Skinner, dan Hull, dan mencerminkan kesadaran yang sama akan kondisi – kondisi batas seperti yang diungkapkan oleh Spence. Modelnya lebih merupakan sebuah stemen yang sangat simpel mengenai asumsi – asumsi yang digunakan untuk memprediksikan beberapa aspek pembelajaran dengan cara ( yang diharapkan ) cukup akurat. Model ini mengandung pengertian yang sama seperti model tiga dimensi sebuah atom, berupa bola – bola kayu untuk melambangkan elektron, proton, dan neutron. Tentu saja tidak ada orang yang bisa mengkalaim bahwa model di ruang kelas tersebut merupakan gambaran komplet dan akurat dari sebuah atom yang sebenarnya. Kita tahu dengan baik bahwa elektron berbeda dari bola – bola kayu dan bahwa orbit mereka tidak benar – benar mirip dengan kawat besi. Sekalipun begitu, ada segi – segi tertentu dimana model tersebut dan atom yang sesungguhnya memiliki kemiripan tertentu. Dengan adanya kemiripan ini, model tersebut memungkinkan kita untuk memprediksi hal – hal tertentu mengenai bagaimana perilaku atom itu. Sejauh bahwa sebuah model memungkinkan kita untuk memprediksi sebagian aspek realitas, model itu pun berguna. Kita tidak perlu memperdebatkan apakah model itu tepat atau tidak, karena model itu tidak lebih dari sekedar representasi parsial. Hal ini amat mirip dengan logika konstruksi teori yang digunakan Hull, namun Estes menjalankannya lebih jauh lagi, ia bertolak dari sebuah model sederhana dan kemudian mengembangkannya secara bertahap sembari menguji kegunaannya.
Kita bisa memandang model Estes sebagai sebuah upaya untuk menjadikan ide – ide tertentu Guthrie agar lebih akurat, mengubah sebagian teori Guthrie yang bersifat umum dan berorientasi praktis menjadi sebuah model yang sesuai untuk studi laboratorium. Perlu diingat bahwa Gutrie memandang belajar sebuah keahlian sebagai pengkondisian atas banyak hubungan stimulus-respon. Estes menyederhanakan pendapat ini dengan mengelompokkan semua respon yang ada ke dalam dua kategori : respon yang menghasilkan hasil tertentu dan respon yang tidak. Dalam peristilahan Guthrie, ia berfokus pada perilaku molar. Sebagai contoh, Estes hanya akan mencatat apakah seorang pemain nola baket berhasil memasukkan bola ke keranjang atau tidak, tanpa memandang jmlah kotraksi otot yang tidak terhitung banyaknya yang menghasilkan salah satu dari dua hal di atas. Begitu pula, seekor anjing sirkus entah melompati sebuah lingkaran atau tidak, terlepas dari apakah melompatnya luwes atau kaku dan terlepas dari apakah tidak melompatnya berupa melompat namun meleset, duduk diam, atau lari menjauh. Dengan cara ini, fokus Guthrie mengenai apa yang dilakukan oleh subjek diubah menjadi fokus mengenai aap yang diselesaikan oleh subjek, mengenai hasil – hasil perilaku yang berhasil dan tidak berhasil. ( perhatikan bahwa keberhasilan di sini di definisikan menurut pengamat, tidak harus menurut tujuan subjek). Karena kedua kelompok respon (atau teaptnya, hasil respon) ini membentuk dua kemungkinan tindakan, Este menyebutnya A1 dan A2
B. Elemen-elemen Stimulus
Setelah menyederhanakan persoalan respon, Estes siap menghadapi kompleksitas stimuli. Ia memandang bahwa situasi stimulus apapun terbentuk dari banyak elemen stimulus kecil. Dalam prinsipnya, asumsi semacam itu bersifat realistik. Pada momen tertentu kita disebut oleh sejumlah besar dan beraneka ragam stimuli. Ketika kita membaca sebuah buku kita mungkin distimulasioleh kata – kata yang tercantum di halamannya, tekanan bobot buku itu di tangan kita, furnitur di sekeliling kita, dan suara mobil yang lewat, untuk menyebut sebagian contoh daftar yang amat tidak lengkap. Namun demikian, jika kita mencoba mengnalisis kompleksitas ini menjadi komponen – komponen spesifik, kita langsung menemui kesulitan. Apakah tekanan buku pada tangan kita merupakan elemen tunggal, ataukah itu merupakan 10 elemen pada 10 jari – jari kita : jika suhu dan tekstur sampul buku itu masuk ke dalam indera perasa kita, apakah ini merupakan elemen tambahan? Sudah menjadi ciri khas dalam pembentukan model Estes bila pertanyaan ini tidak dihiraukan. Meski mungkin dipandang wajar jika kita menmgandaikan adanya elemen – elemen stimulus semacam itu, Estes tidak menghiraukan apa persisnya elemen – elemen itu, atau berapa banyak jumlahnya, atau bagaimana kita memastikan kapan suatu elemen berakhir dan yang lainnya mulai. Ia ingin tahu apakah pembelajaran berlangsung dalam keadaan dipengaruhi oleh elemen – elemen semacam itu, bukan apakah elemen – elemen semacam itu “benar - benar” ada dalam pengertian bisa diidentifikasi secara terpisah – pisah
Problema lain terkait dengan analisis atas kompleksitas stimulus menjadi elemen – elemen adaalh bahwa hal itu menyiratkan elemen – elemennya beroperasi sendiri – sendiri, bahwa tidak ada efek pola – pola atau gestalt. Karena kita tidak tahu apa elemen – elemennua, sulit untuk menilai jauh mana tidak realistisnya asumsi ini, namun nampaknya ada efek permolaan dari jenis tertentu. Estes pada akhirnya menghadapi persoalan ini, namun model orisinalnya menggunakan asumsi bahwa tidak aad efek permolaan, bahwa masing – masingelemen beroperasi secara independent dari element lainnya. Sekali lagi pertanyaannya bukan mengenai apakah asumsi ini benar melainkan apakah asumsi ini berguna. Untuk menjawab pertnyaan ini, kita harus menunggu sampai bisa melihat bagaimana Estes membuat prediksi dari model yang berpijak dari asumsi ini.
Sejauh ini Estes membagi semua kemungkinan respon dalam situasi tertentu menjadi dua kelompok, dan ia membagi semua kemungkinan aspek situasi stimulus menjadi banyak elemen yang tidak tertentukan. Sekarang lebih jauh lagi ia beransumsi bahwa masing – masing elemen dikondisikan dengan salah satu dari dua kelompok respon itu. Dengan kata lain, masing – masing elemen stimulus cenderung untuk menghasilkan entah itu A1 atau A2. Sebuah elemen tidak bisa dikondisikan dengan A1 dan A2 sekaligus, juga tidak mungkin dikondisikan dengan tidak satupun dari keduanya. Karenanya, pada momen tertentu seluruh elemen bisa dikelompokkan sebagai terkondisikan denagn A1 atau terkondisikan dengan A2
Dalam hubungan seperti ini, istilah dikondisikan (conditioned) tidak selalu berarti ada pembelajaran sbelumnya. Mungkin akan lebih tepat bila dikatakan bahwa setiap elemen “melekat” pada salah satu kelompok respon, sehingga elemen – elemen stimulus yang sebelumnya melekat paad A1 menjadi melekat pada A2, atau sebaliknya, dalam faktanya, bagi Estes perubahan semacam inilah yang dinamakan sebagai pembelajarn. Perubahan – perubahan ini merupakan proses pengkondisian, dan karenanya Estes menyatakan bahwa suatu elemen dikondisikan dengan suatu respon ketika elemen itu cenderung menghasilkan respon tersebut.
Bower, GH, A turning point in mathematical learning theory, Psychological Review 1994
Estes William K, A History of Psychology in Autobiography, Stanford University Press, 1989 Lindzey, Gardner
Hill Winfred, Theories of Learning, Nusa Media, 2010 Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar